Sabtu, 14 Mei 2011

Empat Wanita Pertama yang masuk Surga

Surga adalah harga mahal sebuah ketaatan. Siapapun yang mengimani abadinya surga akan bersusah payah membayar harga mahal itu. Walau harus membayar dengan darah sekalipun. Sebagai wanita, Allah telah memberikan kebebasan bagi kita untuk masuk surga dari pintu manapun. Tapi sekali lagi, ada pengorbanan yang harus dilakukan sebelum memasukinya. Karena surga itu mahal. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, "Jika seorang istri mendirikan sholat yang 5 waktu, berpuasa pada bulannya (Ramadhan), memelihara kemaluannya, dan mematuhi suaminya, maka malaikat akan berkata padanya di akhirat, "Masuklah kamu ke dalam surga dari arah manapun yang engkau sukai" (H.R. Ahmad, Ibn Hibba, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani).

Untuk bisa memasukinya, Allah telah memberikan contoh figur wanita surga melalui sabda Rasulullah; " Sebaik-baik perempuan muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, Asiyah" (HR. Baihaqi). Meski sebenarnya banyak sahabat wanita lainnya yang dijamin masuk surga, setidaknya dari keempat figur tersebut kita bisa mengikuti jejak kehidupan yang mereka tempuh. Sehingga kita termasuk wanita yang dirindukan surga.

Kenapa Khadijah? Karena ia adalah figur wanita dermawan yang memberikan segalanya untuk dakwah sekaligus istri yang dicintati suaminya. Kedermawanannya mendapat sanjungan dari Allah dengan memberikan salam melalui malaikat Jibril. Berkatalah Jibril pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk atau makanan atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku. Dan berikan kabar gembira dengan rumah di surga" (HR. Bukhari dan Muslim).

Siapapun akan bahagia jika salam itu datang langsung dari Allah, Dzat Penguasa Alam Semesta. Khadijah ikhlas meski hartanya habis untuk menyokong dakwah suaminya. Pantas saja jika Rasulullah sangat terkesan oleh pengorbanan Khadijah. Hingga sosoknya tidak pernah hilang meski ia telah memiliki istri yang tak kalah sholehnya.

Lihatlah bagaimana Aisyah sangat cemburu pada Khadijah yang selalu ada dalam ingatan Rasulullah. "Apakah di dunia ini tidak ada perempuan selain dia?" Tanya Aisyah. Nabi, membuka kembali indahnya kehiduoan Khadijah, "Khadijah yang mengimaniku di saat manusia mengingkariku. Dialah yang membenarkanku ketika manusia mendustaiku. Dialah yang memberikan hartanya ketika manusia menahannya. Dan dialah yang memberiku keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak memberiku itu" (Hr. Bukhari dan Ahmad)

Kenapa Fatimah? Karena ia adalah sosok yang mencerminkan anak yang berbakti pada orang tuanya. Sebuah posisi yang sulit dicapai oleh anak yang tidk pernah menghargai ibu bapaknya. Sulit karena ia tidak tahu betapa orang tua harus dimuliakan walaupun dalam keadaan syirik. Allah berfirman, "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan suatu yang tidak ada pengetahuanmu tetang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…" ( QS. Luqman : 15)

Didalam diri Fatimah telah ada benih-benih sikap berbakti yang tertancap kuat. Dikala perang Uhud telah selesai, nabi terluka di pipinya. Giginya patah dan kakinya terluka. Darah pun keluar. Fatimah dibantu Ali, dengan sabar membersihkan luka dan berusaha menghentikan darahnya.

Dikala Nabi dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sujud di depan Ka`bah, Fatimah yang mendengar itu segera datang dan membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Kemudian Fatimah menghampiri dan memarahi para kafir Quraisy. Tapi malah ditertawakan dan tidak diindahkan karena menganggap Fatimah masih kecil.

Bagaimanapun Rasulullah teramat mencintainya. Hingga dengan mesra , menjelang wafat Rasulullah memberi kabar gembira pada putrinya. Bahwa diantara kerabatnya, dialah yang akan cepat menyusul kepergian Rasulullah. Sebuah kabar yang membuat Fatimah berhenti menangis dan tersenyum.

Kenapa Asiyah? Karena ia adalah sosok wanita beriman diantara lingkungan yang sesat. Siapapun tahu siapa suami Asiyah. Ia adalah Fir`aun. Sejarah mencatat kalau Firaun adalah Raja yang sombong. Teramat sombong. Karena ia telah merebut kesombongan yang hanya dimiliki Allah dengan mengatakan dirinya adalah Tuhan. Barangsiapa yang menolak, maka kematian adalah balasannya. Namun tidak begitu dengan Asiyah. Ketika terjadi peristiwa adu ilmu antara tukang sihir Firaun dan Musa, Asiyah bertanya pada para pengawal, "Siapa yang menang?" Mereka menjawab, "Musa dan Harun".Asiyah pun kemudian berkata; "Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun". Sebuah jawaban lugas yang menampar wajah Firaun di muka umum. Angkaranya membuat Asiyah diancam akan dilempari batu besar di padang pasir yang panas. Tapi Asiyah tetap teguh. Sehingga keteguhannya dicatat Allah dalam Al-Quran, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya. Dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim." (QS. At-Thamrin : 11)

Wanita yang lemah belum tentu sanggup bertahan dalam lingkungan yang menuhankan selain Allah. Kebanyakan kita malah menjadi lebur dengan lingkungan yang kotor.

Kenapa Maryam? Karena ia adalah figure wanita yang selalu menjaga kesuciannya. Sebuah harga mahal yang makin sulit di dapat di zaman sekarang. Sejarah mencatat, dari wanita yang suci lahir manusia-manusia pilihan. Lihatlah para salafus saleh kebanggan Islam. Mereka dilahirkan oleh sosok ibu yang selektif dalam mendidik anak-anaknya. Begitu juga dengan Maryam, dari rahimnya lahirlah Nabi Isa.

Ada proses panjang dimana ia dicatat dalam hadits sebagai wanita surga. Bayangkan, seorang wanita yang selalu menjaga kesuciannya di beri ujian kehamilan. Sulit untk dirasionalkan jika itu bisa terjadi tanpa campur tangan laki-laki. Tapi itulah takdir yang diterima dengan ikhlas oleh Maryam. Walau hinaan dan cemoohan datang bertubi-tubi, ia pasrahkan segalanya pada Allah. Karena hanya Allah yang tahu kalau dirinya tidak pernah berbuat sekeji itu. Bandingkan dengan wanita saat ini yang mempunyai bayi tanpa ayah bukan karena mukjizat seperti yang dialami Maryam, tapi karena kebejatan moral.

Maka keempat wanita yang mewakili semua sisi kehidupan itu memang layak masuk surga. Tidakkah kita ingin menjadi wanita sholehah yang kelak kecantikannya melebihi bidadari surga? Sekali lagi, harus ada pengorbanan menuju ke sana. Tidak mudah untuk menjadi wanita sholeh. Karena jika menjadi wanita dambaan surga itu mudah, maka tidak ada istimewanya menjadi wanita sholehah. Wallahu `alam bishowab.
Baca selengkapnya...

Jumat, 06 Mei 2011

Kisah Uang Rp 1.000,- & Rp. 100.000,-

Uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke.

Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu dan bertemu kembali di dompet seseorang ternyata dalam kondisi yang berbeda.

Konon ceritanya uang seratus ribu bertanya pada uang seribu :
"Ya, ampuunnnn. .......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan...... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam.

Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke baluang Inang-inang.
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
"Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum.

Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm...dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus.

Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. "

Uang seribu terdiam sejenak. Namun dia menarik nafas lega, katanya :
"Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuatku senang dan bangga daripada kamu!"

"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.

"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain.
Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Hampir nggak pernah tuh aku melihat kamu disana....."

Himbauan Red: “Mari kita perbanyak amal jariah dengan menyisihkan uang Rp. 100.000,- ke kotak amal: mulai sekarang...“. Insya Allah hal ini dapat meningkatkan ke-IKHSAN-an kita.. Amiiin..

"Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan bila kamu berbuat buruk, maka sebenarnya (keburukan) itu bagi dirimu sendiri".
(QS Al-Israa' : 17)
Baca selengkapnya...