Minggu, 20 Februari 2011

Membangun komunikasi effektif dengan anak.

Dan katakanlah, "Bekerjalah demi kebaikan. Allah dan Rasulnya serta orang-
orang beriman akan melihat pekerjaanmu. Kemudian kamu dikembalikan kepada
yang Maha Tahu segala yang ghaib dan nyata, lalu diberitakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan ( At Taubah 105)

Memahami posisi anak, berarti orang tua harus memperhatikan pola 7-7-7.
Pada tujuh tahun pertama anak (umur 0-7 tahun) perlakukan anak seperti "Raja".
Untuk mendapatkan rasa aman, perlindungan yang utuh, sehingga timbul rasa

senang dan senang sebagai dasar otak anak dalam proses menerima informasi
yang paling efektif. Kondisi inilah yang diperlukan orangtua untuk memberi
masukan ke dalam otak bawah sadarnya, dengan memilih informasi yang ber-
kualitas, dasar-dasar iman anak, memberi informasi tokoh tokoh idola yang akan
berperan nantinya dikehidupan anak seperti Rasulullah SAW, sahabat sahabat Nabi,
para Nabi terdahulu dan kisah-kisahnya, para khulafaur Rasyidin, serta tokoh tokoh
disekitar kehidupan Nabi, seperti Abdurrahman bin Auf, Bilal dan lain-lain lengkap
dengan icon-icon/karakter masing-masing tokoh. Jika anak kita seorang puteri
diberikan input-input tokoh seperti ummi Khadijah, Siti Aisyah, Siti Hajar beserta
karakter masih-masing tokoh. Formatnya bisa berupa cerita/dongeng sebelum tidur,
mengenalkan saat bermain dengan peran seperti tokoh2 tersebut, tentu saja dengan
menyesuaikan dengan usia anak.

Tujuh tahun kedua (anak usia 7-14 tahun), pola komunikasi, pola asuh anak sudah harus
meningkat dgn memberi peran mereka sebagai "asisten orangtua", peran sebagai
"pembantu" orang tua. Saat inilah mereka harus dikenalkan dengan basic pelatihan
ketrampilan "survival". Mencuci piring & gelas sendiri selesai makan, merapikan lemari
pakaian mereka sendiri, menyapu kamar mereka sendiri, menyiapkan peralatan sekolah
mereka, menyiapkan seragam sekolah yang akan dikenakan besok pagi dsb. Dari aktifitas
tersebut, anak-anak membangun "self-confidence". Rasa percaya diri inilah yang akan
menjadikan anak tidak mudah menyerah, mengajak otak anak berfikir terstruktur.
Pola pikir terstruktur ini akan terbawa pada perilaku anak-anak di lingkungan yang lebih
besar, seperti di sekolah, di sekitar teman-teman bermain, yang akan membawa anak
lebih mudah bersosialisasi, lebih percaya diri dan lebih siap untuk menuju ke jenjang
pola asuh / pola didik berikutnya. Pada proses tujuh tahun kedua ini, anak perlu di kenal-
kan lebih dalam akan tokoh tokoh seperti Rasulullah SAW, dan tokoh tokoh Islami lain
dalam sejarah Islam. Menanamkan "value" pada anak usia 7-14 tahun ini sangat efektif
karena akan bisa terlihat dalam pola perilaku mereka.

Tujuh tahun ketiga (anak usia 14-21 tahun), peran anak adalah sebagai "duta besar".
Pola asuh dirumah sudah harus diuji mereka dilingkungan luar rumah. Mereka sudah
mendapatkan basic survival dirumah, mendapatkan basic ideologi dengan mengenalkan
tokoh-tokoh Islami dengan semua karakternya. Sudah bisa memilah dan memilih mana
yang baik buat dirinya dan mana yang tidak baik. Mana life style yang cocok dengan
kepribadian yang orang tua tanamkan. Fase ini diharapkan sudah bisa membedakan
informasi yang baik dan mana informasi yang buruk di dunia elektronik maya (facebook,
internet, sms dll). Di tahap ini porsi kemandirian harus lebih tinggi. Anak sudah mulai
bisa menguji dengan tantangan tantangan dunia luar yang lebih "nyata" dan lebih "keras".
Peran orang tua difase ini adalah sebagai "coaching", sebagai teman berbagi suka
dan duka para anak sehingga orang tua tetap dapat mengontrol perkembangan,
sosialisasi para anak.

Tujuh prinsip utama memperlakukan anak :
1. Membuat komitmen antara ayah dan ibu ttg niat, cara terbaik mengasuh dan
mengembangkan keilmuan, ketrampilan anak dgn memperhatikan fitrah.
2. Menyikapi anak sebagai rezeki qonaah yang dgn mensyukurinya akan
menambah nikmat dari Allah SWT.
3. Perlakuan kepada anak :
a. Kasih sayang, perhatian, dukungan & ungkapan dgn bahasa kemesraan
b. Membiasakan hal-hal baik dalam koridor santun dan patut
c. Keteladanan yang baik (uswatun hasanah)
d. Nasihat yang "dikunyah" menjadi penghargaan /apresiasi dan sangka baik
e. Sangsi/konsekuensi yang mengedepankan kasih sayang akan menjadi
jembatan kuat kokoh yang menghubungkan hati orangtua dan hati anak.
4. Mengelola waktu dengan baik, benar dan bijak. Periodesasi tujuh.
5. Mengenalkan jenis jenis life style mana yang musuh dan mana yang sahabat.
6. Mengenalkan Al Quran sebagai sumber ilmu dan mengenalkan Rasulullah
manusia yang paling terampil.
7. Mengenalkan prinsip hidup jangka panjang (akhirati) yang tegas dan lentur.
Tidak meniru tata cara orang lain, ummat lain, ideologi lain. Meyakini dan
menjalankan keilmuandan ketrampilanyang diamanahkan sebagai alat untuk
memberdayakan ummat dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
Lentur bukan berarti ikut, tdk ikut bukan berarti takut, mundur tdk berarti surut.

Dengan memahami dan mempraktekkan pola asuh tersebut, diharapkan para orang
tua saat ini mampu mencetak mencetak generasi yang kuat, mampu mengantarkan
anak menghadapi tantangan di zaman mereka sendiri ke depan yang penuh dengan
tantangan yang lebih berat dibanding generasi para orang tua saat ini. Jika tidak
disiapkan mulai sekarang, mereka nantinya akan menjadi generasi yang lemah.
Bagaimana dengan anak anda? Mari kita mulai sekarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar