Surga adalah harga mahal sebuah ketaatan. Siapapun yang mengimani abadinya surga akan bersusah payah membayar harga mahal itu. Walau harus membayar dengan darah sekalipun. Sebagai wanita, Allah telah memberikan kebebasan bagi kita untuk masuk surga dari pintu manapun. Tapi sekali lagi, ada pengorbanan yang harus dilakukan sebelum memasukinya. Karena surga itu mahal. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, "Jika seorang istri mendirikan sholat yang 5 waktu, berpuasa pada bulannya (Ramadhan), memelihara kemaluannya, dan mematuhi suaminya, maka malaikat akan berkata padanya di akhirat, "Masuklah kamu ke dalam surga dari arah manapun yang engkau sukai" (H.R. Ahmad, Ibn Hibba, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani).
Untuk bisa memasukinya, Allah telah memberikan contoh figur wanita surga melalui sabda Rasulullah; " Sebaik-baik perempuan muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, Asiyah" (HR. Baihaqi). Meski sebenarnya banyak sahabat wanita lainnya yang dijamin masuk surga, setidaknya dari keempat figur tersebut kita bisa mengikuti jejak kehidupan yang mereka tempuh. Sehingga kita termasuk wanita yang dirindukan surga.
Kenapa Khadijah? Karena ia adalah figur wanita dermawan yang memberikan segalanya untuk dakwah sekaligus istri yang dicintati suaminya. Kedermawanannya mendapat sanjungan dari Allah dengan memberikan salam melalui malaikat Jibril. Berkatalah Jibril pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk atau makanan atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku. Dan berikan kabar gembira dengan rumah di surga" (HR. Bukhari dan Muslim).
Siapapun akan bahagia jika salam itu datang langsung dari Allah, Dzat Penguasa Alam Semesta. Khadijah ikhlas meski hartanya habis untuk menyokong dakwah suaminya. Pantas saja jika Rasulullah sangat terkesan oleh pengorbanan Khadijah. Hingga sosoknya tidak pernah hilang meski ia telah memiliki istri yang tak kalah sholehnya.
Lihatlah bagaimana Aisyah sangat cemburu pada Khadijah yang selalu ada dalam ingatan Rasulullah. "Apakah di dunia ini tidak ada perempuan selain dia?" Tanya Aisyah. Nabi, membuka kembali indahnya kehiduoan Khadijah, "Khadijah yang mengimaniku di saat manusia mengingkariku. Dialah yang membenarkanku ketika manusia mendustaiku. Dialah yang memberikan hartanya ketika manusia menahannya. Dan dialah yang memberiku keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak memberiku itu" (Hr. Bukhari dan Ahmad)
Kenapa Fatimah? Karena ia adalah sosok yang mencerminkan anak yang berbakti pada orang tuanya. Sebuah posisi yang sulit dicapai oleh anak yang tidk pernah menghargai ibu bapaknya. Sulit karena ia tidak tahu betapa orang tua harus dimuliakan walaupun dalam keadaan syirik. Allah berfirman, "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan suatu yang tidak ada pengetahuanmu tetang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…" ( QS. Luqman : 15)
Didalam diri Fatimah telah ada benih-benih sikap berbakti yang tertancap kuat. Dikala perang Uhud telah selesai, nabi terluka di pipinya. Giginya patah dan kakinya terluka. Darah pun keluar. Fatimah dibantu Ali, dengan sabar membersihkan luka dan berusaha menghentikan darahnya.
Dikala Nabi dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sujud di depan Ka`bah, Fatimah yang mendengar itu segera datang dan membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Kemudian Fatimah menghampiri dan memarahi para kafir Quraisy. Tapi malah ditertawakan dan tidak diindahkan karena menganggap Fatimah masih kecil.
Bagaimanapun Rasulullah teramat mencintainya. Hingga dengan mesra , menjelang wafat Rasulullah memberi kabar gembira pada putrinya. Bahwa diantara kerabatnya, dialah yang akan cepat menyusul kepergian Rasulullah. Sebuah kabar yang membuat Fatimah berhenti menangis dan tersenyum.
Kenapa Asiyah? Karena ia adalah sosok wanita beriman diantara lingkungan yang sesat. Siapapun tahu siapa suami Asiyah. Ia adalah Fir`aun. Sejarah mencatat kalau Firaun adalah Raja yang sombong. Teramat sombong. Karena ia telah merebut kesombongan yang hanya dimiliki Allah dengan mengatakan dirinya adalah Tuhan. Barangsiapa yang menolak, maka kematian adalah balasannya. Namun tidak begitu dengan Asiyah. Ketika terjadi peristiwa adu ilmu antara tukang sihir Firaun dan Musa, Asiyah bertanya pada para pengawal, "Siapa yang menang?" Mereka menjawab, "Musa dan Harun".Asiyah pun kemudian berkata; "Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun". Sebuah jawaban lugas yang menampar wajah Firaun di muka umum. Angkaranya membuat Asiyah diancam akan dilempari batu besar di padang pasir yang panas. Tapi Asiyah tetap teguh. Sehingga keteguhannya dicatat Allah dalam Al-Quran, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya. Dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim." (QS. At-Thamrin : 11)
Wanita yang lemah belum tentu sanggup bertahan dalam lingkungan yang menuhankan selain Allah. Kebanyakan kita malah menjadi lebur dengan lingkungan yang kotor.
Kenapa Maryam? Karena ia adalah figure wanita yang selalu menjaga kesuciannya. Sebuah harga mahal yang makin sulit di dapat di zaman sekarang. Sejarah mencatat, dari wanita yang suci lahir manusia-manusia pilihan. Lihatlah para salafus saleh kebanggan Islam. Mereka dilahirkan oleh sosok ibu yang selektif dalam mendidik anak-anaknya. Begitu juga dengan Maryam, dari rahimnya lahirlah Nabi Isa.
Ada proses panjang dimana ia dicatat dalam hadits sebagai wanita surga. Bayangkan, seorang wanita yang selalu menjaga kesuciannya di beri ujian kehamilan. Sulit untk dirasionalkan jika itu bisa terjadi tanpa campur tangan laki-laki. Tapi itulah takdir yang diterima dengan ikhlas oleh Maryam. Walau hinaan dan cemoohan datang bertubi-tubi, ia pasrahkan segalanya pada Allah. Karena hanya Allah yang tahu kalau dirinya tidak pernah berbuat sekeji itu. Bandingkan dengan wanita saat ini yang mempunyai bayi tanpa ayah bukan karena mukjizat seperti yang dialami Maryam, tapi karena kebejatan moral.
Maka keempat wanita yang mewakili semua sisi kehidupan itu memang layak masuk surga. Tidakkah kita ingin menjadi wanita sholehah yang kelak kecantikannya melebihi bidadari surga? Sekali lagi, harus ada pengorbanan menuju ke sana. Tidak mudah untuk menjadi wanita sholeh. Karena jika menjadi wanita dambaan surga itu mudah, maka tidak ada istimewanya menjadi wanita sholehah. Wallahu `alam bishowab.
Baca selengkapnya...
Sabtu, 14 Mei 2011
Empat Wanita Pertama yang masuk Surga
Jumat, 06 Mei 2011
Kisah Uang Rp 1.000,- & Rp. 100.000,-
Uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke.
Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu dan bertemu kembali di dompet seseorang ternyata dalam kondisi yang berbeda.
Konon ceritanya uang seratus ribu bertanya pada uang seribu :
"Ya, ampuunnnn. .......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan...... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam.
Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke baluang Inang-inang.
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
"Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum.
Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm...dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus.
Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. "
Uang seribu terdiam sejenak. Namun dia menarik nafas lega, katanya :
"Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuatku senang dan bangga daripada kamu!"
"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain.
Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Hampir nggak pernah tuh aku melihat kamu disana....."
Himbauan Red: “Mari kita perbanyak amal jariah dengan menyisihkan uang Rp. 100.000,- ke kotak amal: mulai sekarang...“. Insya Allah hal ini dapat meningkatkan ke-IKHSAN-an kita.. Amiiin..
"Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan bila kamu berbuat buruk, maka sebenarnya (keburukan) itu bagi dirimu sendiri".
(QS Al-Israa' : 17)
Baca selengkapnya...
Minggu, 27 Maret 2011
Untuk Menjadi Pemenang tidak ada Pilihan Lain selain Kesabaran
Di suatu sore, seorang anak bernama Syamil datang kepada ayahnya yang sedang baca koran. “Ayah, ayah” kata sang anak. “Ada apa Syamil?” tanya sang ayah. “Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek… aku mau menyontek saja! Aku capek. sangat capek! Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek! Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung aku ingin jajan terus! Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati. Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedang teman-temanku seenaknya saja bersikap kepada ku. Aku capek ayah, aku capek menahan diri… Aku ingin seperti mereka… Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka Ayah!” Syamil mulai menangis. Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Syamil… ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Lalu sang ayah menarik tangan Syamil, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu Syamil pun mulai mengeluh ”Ayah mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri, badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang… aku benci jalan ini Ayah!” sang ayah hanya diam. Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang. “Wwaaaah… tempat apa ini Ayah? Aku suka! Aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau. “Kemarilah Anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu Syamil pun ikut duduk di samping ayahnya. ”Syamil, tahukah Kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?” tanya sang ayah. ”Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?” sahut Syamil balik bertanya. Sambil memandang mata anaknya, sang ayah menjawab ”Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu” ”Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Yah? Alhamdulillah” sahut Syamil, tampak senang. ”Nah, akhirnya kau mengerti” kata sang ayah. ”Mengerti apa? aku tidak mengerti” kata Syamil keheranan. ”Syamil…. butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah Kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, Kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, Kau harus sabar melawati ilalang dan Kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya Kau tidak sabar, apa yang Kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku. Oleh karena itu bersabarlah anakku” sang ayah menjelaskan. ”Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar” sahut Syamil sambil menatap ayahnya dengan wajah yang ciut. Sambil memegang tangan anaknya, ia meyakinkan ”Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar Kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat Kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi… ingatlah Anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat Kau jatuh, suatu saat nanti, Kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain. Jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?” ”Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini… sekarang aku mengerti… terima kasih ayah. Aku akan tegar saat yang lain terlempar” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
Baca selengkapnya...